BICARAINDONESIA-Makkah: Untuk tetap menjaga rasa makanan yang akan dikonsumsi pada jemaah haji Indonesia 1446 Hijriah, pihak Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) sengaja menyiapkan sajian Nusantara di tanah suci.
Hal tersebut dipastikan Kepala Daerah Kerja (Daker) Mekah PPIH Arab Saudi, Ali Machzumi ketika mengecek langsung salah satu syarikah atau perusahaan penyedia jasa konsumsi selama jemaah di Mekkah.
Syarikah Taghdiah Advance Co Ltd (Tadco) Catering menangani konsumsi 3.500 jemaah haji Indonesia selama di tanah suci.
Bahkan Tadco Catering sengaja merekrut Chef Indonesia kelahiran Jambi bernama Azhari, untuk meracik makanan khas Indonesia.
Menu Nusantara ini sengaja disiapkan untuk menyelaraskan lidah sekaligus menjaga stamina jemaah selama beribadah. Setiap hidangan dirancang sesuai selera dan kebutuhan nutrisi para tamu Allah.
Hidangan seperti nasi kuning, sambal goreng, rendang, ayam goreng, sayur asam, sambal tumis dan nasi goreng akan disajikan. Bumbu penyedap rasa khas Indonesia juga ada. Bumbu Nusantara ini dibuat oleh BPKH Limited.
BPKH Limited adalah anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Republik Indonesia. Didirikan pada 16 Maret 2023 di Arab Saudi, BPKH Limited bertujuan untuk mendukung ekosistem haji dan umrah melalui investasi langsung yang mengoptimalkan pengelolaan dana haji serta meningkatkan kualitas layanan bagi jemaah.
“Cita rasa khas Nusantara ini punya standarisasi. Kami para chef di 8 syarikah yang ditunjuk untuk jasa konsumsi jemaah punya cara penyajian yang seragam sehingga jemaah haji Indonesia merasa seperti di Tanah Air,” kata Chef Azhari saat menjelaskan proses produksi kepada Kadaker Makkah.
PPIH memastikan bahan baku yang digunakan halal dan berkualitas tinggi.
Selain itu, sambal terasi dan kerupuk juga disiapkan untuk melengkapi cita rasa. Bagi jemaah yang menyukai makanan pedas, ini tentu jadi kabar baik.
Jemaah juga akan menikmati aneka sayur, buah, dan makanan berkuah.
Ini penting untuk menjaga keseimbangan nutrisi dan hidrasi di tengah panas.
Menu sarapan juga akan disesuaikan dengan selera Indonesia. Bubur ayam, mie goreng, dan lontong sayur akan menjadi pilihan.
Setiap makanan dikemas higienis dan disajikan dalam porsi yang cukup.
PPIH memastikan standar kebersihan tetap terjaga di setiap dapur jemaah.
Penyediaan makanan ini didukung oleh dapur-dapur besar di Mekkah dan Madinah. Petugas haji memastikan setiap hidangan sampai ke jemaah tepat waktu.
Dengan sajian khas Nusantara, diharapkan jemaah tetap berenergi selama haji. PPIH berharap makanan ini bisa menjadi penguat semangat ibadah jamaah.
127 Kali Makan
Setiap jemaah haji Indonesia akan menerima total 127 kali makan selama berada di Arab Saudi. Jumlah itu terdiri dari 84 kali makan di Makkah, 27 kali makan di Madinah, dan 15 kali makan saat berada di Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina), ditambah 1 kali snack berat.
Kepala Daker Mekah, Ali Machzumi menyebutkan, jenis makanannya pun sudah diperhatikan dengan cermat. “Ada kombinasi antara makanan fresh dan makanan siap saji, terutama pada saat peak season seperti tanggal 7–15 Dzulhijjah,” ujarnya.
Untuk fase Armuzna, jemaah diberikan makan tiga kali sehari, paling banyak 15 kali makan selama di tenda-tenda ibadah. Menu makanan disiapkan dengan standar gizi dan keamanan tinggi, serta sesuai selera jemaah Indonesia.
Sementara itu, selama di Madinah dan Makkah, penyajian konsumsi dilakukan secara sistematis oleh katering yang telah dikontrak langsung oleh Kementerian Agama melalui Syarikah penyedia layanan resmi Arab Saudi.
Dengan total jemaah reguler sebanyak 203.320 orang, Kemenag memproyeksikan distribusi makanan mencapai lebih dari 25 juta boks. Angka tersebut merupakan yang terbesar sepanjang sejarah penyelenggaraan haji Indonesia.
“Ini baru 1 produsen makanan di Mekkah ya. Total 55 dapur penyedia makanan untuk 203 ribu jamaah haji,” kata Ali Machzumi. (Ty/Humas)