x

China Larang Warganya Perjalanan ke Jepang, Kenapa?

2 minutes reading
Monday, 17 Nov 2025 21:43 0 446 Ika Lubis

BICARAINDONESIA-Jakarta : Hubungan Jepang-China kembali memanas hingga menyebabkan pariwisata negeri sakura terpengaruh. Hal ini berawal dari pernyataan Perdana Menteri Jepang soal kemungkinan aksi militer di Taiwan.

Tak hanya pariwisata, situasi itu bahkan menyebabkan saham perusahaan pariwisata Jepang menurun. Di antaranya, Isetan Mitsukoshi anjlok 10,7%, operator Tokyo Disneyland Oriental Land juga turun 5,9%, dan Japan Airlines (JAL) turun 4,4%.

Kondisi ini merupakan dampak turunnya jumlah kunjungan turis China ke Jepang secara drastis. China sebagai penyumbang wisatawan terbesar untuk Jepang pada Januari hingga November 2024 mendadak merilis travel warning buat warganya.

Berdsarkan data Citi, Jepang menjadi destinasi favorit ke-4 bagi pelancong China pada Januari-November 2024, dengan sekitar 7 juta wisatawan China datang ke Jepang sepanjang periode tersebut.

Peringatan perjalanan oleh China tersebut muncul setelah komentar kontroversial PM Jepang, Sanae Takaichi dalam rapat parlemen 7 November 2025 lalu.

Saat itu, dia mengatakan bahwa penggunaan kekuatan militer China dalam konflik Taiwan bisa dianggap sebagai situasi mengancam kelangsungan hidup bagi Jepang. Pernyataan tersebut mengacu pada hukum keamanan Jepang 2015, yang mengatakan Jepang bisa saja menurunkan pasukan jika sekutu diserang.

Pernyataan Takaichi itu dinilai China sebagai campur tangan dalam urusan dalam negeri dan menuntut permintaan maaf. Sebab, China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayah mereka dan komentar Takaichi dianggap campur tangan dalam urusan dalam negeri China. Selain itu, pernyataan tersebut dianggap sebagai dukungan tak langsung pada kemungkinan intervensi militer.

China pun langsung mengimbau warganya untuk tidak bepergian ke Jepang, dengan alasan meningkatnya risiko keselamatan. China juga memperingatkan pelajar China di Jepang agar lebih waspada, bahkan menyarankan calon mahasiswa untuk mempertimbangkan ulang rencana studi.

Tak hanya itu, maskapai besar China, China Southern, China Eastern, dan Air China, mulai memberikan refund untuk penerbangan menuju Jepang. Ini menjadi sinyal jelas bahwa arus perjalanan diperkirakan akan menurun.

Kendati situasi memanas, Takaichi menolak menarik ucapannya. Dia berjanji akan lebih berhati-hati dalam membahas isu sensitif di parlemen.

Juru bicara pemerintah Jepang, Minoru Kihara, meminta China agar menahan diri dan mengambil langkah yang lebih proporsional. Dia mengatakan pejabat tinggi Jepang dan China dijadwalkan bertemu Selasa (18/11/2025) untuk meredakan situasi.

LAINNYA
x
error: Content is protected !!