x

Kisah Inspiratif Pendiri Paxel yang Mualaf dan Bercita-Cita Membangun 99 Mesjid

4 minutes reading
Sunday, 7 Nov 2021 05:39 0 585 Ika Lubis

BICARAINDONESIA-Jakarta : Djohari Zein atau yang lebih akrab disapa Pak Jo adalah seorang wirausahawan dan pendiri sekaligus Co-Founder Paxel. Pria yang dibesarkan di lingkungan keluarga WNI Tionghoa, beragama Budha ini menuturkan perjalanan spiritualnya selama mendalami Islam. Pria asal Medan yang mualaf pada tahun 1982 ini bertekad membangun 99 mesjid.

Lantas seperti apa kisah inspiratifnya?

Sebagai seorang wirausaha, kehidupan Jo tentu tak selalu berada di atas dan sukses. Faktanya, Jo pernah terlilit utang dan harus berjuang mengembangkan bisnisnya di tengah krisis Orde Baru. Namun, Jo berhasil bangkit dengan membawa nilai-nilai Islam di dalam usahanya hingga membuat rezekinya tak habis-habis.

Sebelum memeluk Islam, Jo yang masih merintis usaha itu mengaku kerap bermimpi diperlihatkan Jabal Rahmah. Itu merupakan sebuah bukti yang berada di Arafah. Di dalam sejarah tempat itu merupakan saksi bisu pertemuan kembali Adam dan Hawa. Saat akhirnya memutuskan untuk mualaf, atas izin Allah SWT, Jo bisa melihat tempat tersebut secara langsung. 

“Waktu saya lihat jabal rahman itu, saya inget dengan pikiran saya saya pernah mimpi melihat itu,” kata Jo dalam kanal YouTube Cerita Untungs, seperti dikutip dari Viva, Minggu (7/11/2021).

“Saya haji pertama kali, saya masih merinding, di situ saya baru inget, ini benar agama saya. Saya tidak boleh main-main, Allah sudah berikan pemandangan (di mimpi),” imbuhnya.

Jo mengatakan bahwa agama Islam menuntunnya menjadi pribadi yang lebih baik. Bahkan, di mimpinya, ia mengaku mendengar Allah SWT memintanya membuatkan 99 masjid. Hal itu yang memacunya membangun yayasan untuk menggagas pembangunan 99 mesjid se-Nusantara.

“Saya sebagai muslim itu jauh lebih tenang. Suatu kali saya ke sana (umroh), saya minta kalau boleh izinkan saya satu saja (bangun) masjid, di situ pula saya dapat jawaban, Allah SWT bilang, jangankan 1, 99 pun juga bisa. Lalu saya berasa ‘wah ini tugas. Saya minta bangun 1 mesjid tapi Allah sarankan 99 pun bisa’. Makanya saya berani bangun 99 masjid di umur 68,” katanay.

Namun nyatanya, setiba di Tanah Air Jo tak lantas membangun masjid. Ini karena kesibukannya sebagai CEO membuat ia sulit membagi waktu. Hingga di tahun 2016, Jo menjadi komisaris sehingga memiliki waktu luang lebih banyak dan mencoba membangun masjid pertamanya.

Saat berkesempatan haji pertama kalinya tersebut, Jo mengaku mulai berniat mendalami agama Islam yang sudah diyakininya. Di sini, Jo memulainya dengan menganut prinsip manajemen spiritual yang juga ia tuangkan di dalam bisnisnya.

“Saya gak belanja (selama di mekkah), di hotel sholat aja. Rasanya sedih kalau mau meninggalkan itu (sholat). Saya mulai mencari lebih serius lagi, saya jalankan kebijakan yang saya bilang manajemen spiritual,” jelasnya lagi.

Salah satu yang kerap dilakukan Jo dalam manajemen spiritualnya adalah dengan selalu rendah diri. Sebab, Jo menilai pujian yang didapatkannya bisa berimbas pada kondisi berbahaya yang membuat banyak orang terlena.

“Kalau kita sedang dipuji kadang-kadang kita terbang. Itu bahaya banget. Mendingan kita inget susah daripada sedang dipuji-puji. Yang saya jalani hidup waktu jaman kecil sebagai yang paling kecil di kelas, pastinya dibully. Di dalam bisnis juga kita nggak selalu normal,”ungkapnya.

Menurut Jo, hati yang lebih baik itu berasal dari memperbanyak sedekah kepada yang membutuhkan. Dengan sedekah, Allah SWT membukakan rejeki. Namun tentunya sedekah pun diiringi usaha agar rejeki tetap lancar.

“Saya juga sering ingatkan tentang manajemen spiritual bahwa harus inget value-value dari Allah SWT. Bahwa rejeki itu dari Allah. Sedekah akan memberi kebaikan-kebaikan. Itu selalu jadi petunjuk,” bebernya.

“Kadang-kadang, orang sudah anggap sudah sedekah, yaudah gak usah ngapa-ngapain, tidur aja. Ada kalanya kita alami cobaan tapi tidak berarti dari sedekah kita jatuh miskin. Tidak semuanya lancar tapi ada naik turunnya dan harus tetap pakai otak untuk cari jalan keluar (untuk bisnisnya),” terangnya.

Sementara dalam bisnis dan kehidupannya, manajemen spiritual lain yang dilakukan Jo adalah dengan rasa syukur. Menurutnya, segala sesuatu akan terasa dan terlihat lebih indah jika seseorang mau bersyukur.

“Allah mengijinkan kita dilahirkan dengan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani supaya kita bersyukur. Ini sederhana. Sebetulnya yang dimaksud syukur itu kalau bersyukur Allah akan melipat gandakan,” terang Jo.

Jo menyebutkan melalui rasa syukur itu ketiga hal tersebut akan semakin tajam dan sensitif. Dengan begitu, kita akan lebih memahami apa yang dibutuhkan untuk perencanaan selanjutnya sehingga hidup lebih lancar dan rejeki pun terbuka dengan mudah.

“Maka sering-seringlah bersyukur saat kita punya mata, telinga, hati. Semakin sering kita bersyukur, semakin tajam mata kita, makin tajam kuping kita dan makin mudah tersentuh hati kita. Dengan kemampuan itu kita bisa dapat apa sih kebutuhan manusia di next,”jelasnya.

Tak lupa, di dalam manajemen spiritualnya Jo menyelipkan hubungan baik dengan keluarga. Salah satu yang ia lakukan di sini adalah dengan mendidik anak-anaknya agar memiliki ilmu yang lebih tinggi darinya sehingga rezeki mereka bisa lebih mudah.

“Hubungan kekeluargaan tetap baik, yang saya perlu tingkatkan mendidik mereka (anak-anak) untuk lanjutkan perjuangan. Saya selalu ingin didik mereka jangan dibayang-bayangin oleh prestasi saya. Dia harus punya sendiri (prestasinya), bisnis beda. Anak-anak saya sudah S2 semua,” pungkasnya.

No Comments

Leave a Reply

LAINNYA
x