x

Mahasiswa RI di Belanda Meninggal saat Dampingi Pejabat Kunker

2 minutes reading
Tuesday, 9 Sep 2025 22:57 0 1515 Ika Lubis

BICARAINDONESIA-Jakarta : Mahasiswa asal Indonesia yang sedang studi di Belanda meninggal dunia saat mendampingi kunjungan kerja (kunker) pejabat Indonesia di Wina, Austria, pada akhir Agustus lalu. Mahasiswa bernama Muhammad Athaya Helmi Nasution itu merupakan anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Groningen, Belanda.

Kabar duka meninggalnya Athaya disampaikan oleh pihak PPI Belanda melalui akun media sosial.

“Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya salah satu anggota kami, Muhammad Athaya Helmi Nasution yang merupakan anggota PPI Groningen dalam rangka mendampingi sebuah kunjungan tertutup yang melibatkan pejabat publik (DPR, OJK, dan Bank Indonesia), pada tanggal 25-27 Agustus 2025 di Wina, Austria,” bunyi keterangan di akun Instagram PPI Belanda, @ppibelanda, dikutip Selasa (9/9/2025).

Korban merupakan mahasiswa di Universitas Hanze, Groningen, Belanda.

“Korban, yang baru akan menginjak usia 19 tahun pada Oktober mendatang, meninggal dunia di tengah pengabdiannya sebagai pelajar,” kata PPI Belanda dalam keterangan tertulisnya.

Berdasarkan hasil autopsi forensik, kemungkinan besar korban mengalami heatstroke (sengatan panas) berkaitan dengan kurangnya cairan dan asupan nutrisi yang mengakibatkan electrolyte imbalances (ketidakseimbangan elektrolit) dan hypoglycemia (kadar gula darah turun dibawah kadar normal) yang berujung pada stroke.

Korban mengalami kondisi itu setelah dari pagi hingga malam hari beraktivitas sebagai pemandu para pejabat.

“Kendati begitu, saat almarhum meninggal dunia pada Rabu (27/8/2025), tidak ada permintaan maaf maupun pertanggungjawaban dan transparansi dari pihak event organizer (EO) maupun koordinator liaison officer (LO) kepada keluarga almarhum yang datang ke Wina untuk mengurus jenazah,” lanjut pernyataan PPI Belanda.

“Alih-alih mengunjungi tempat penginapan saat almarhum mengembuskan nafas terakhir, acara kunjungan kerja terus bergulir di mana pihak EO justru terus sibuk mengurus persiapan acara makan-makan bersama pejabat publik di restoran,” imbuh pernyataan tersebut.

Pihak keluarga menyampaikan bahwa adanya indikasi penutupan keterangan kegiatan apa dan siapa yang dipandu korban di Wina dari pihak EO.

Kemlu Minta EO Bertanggung Jawab

Terkait peristiwa ini, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia, Judha Nugraha, mengatakan EO seharusnya bertanggung jawab atas keselamatan mahasiswa yang bersangkutan. Alasannya, EO yang mengatur kegiatan tersebut.

Pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), menurut Judha, tidak mengatur perizinan terkait pelibatan mahasiswa dalam kegiatan kunker dari pejabat Indonesia.

“KBRI Wina telah melakukan koordinasi dengan otoritas setempat dan diperoleh informasi bahwa berdasarkan hasil autopsi, almarhum meninggal karena dugaan kejang (suspected seizure),” kata Judha.

KBRI Wina telah memberikan bantuan kekonsuleran berupa pengurusan dokumen, koordinasi dengan otoritas setempat dan sekaligus pemulasaran jenazah bersama Komunitas Islam Indonesia di Wina. Sesuai permintaan keluarga, jenazah korban telah dipulangkan ke Indonesia pada 4 September lalu.

LAINNYA
x
error: Content is protected !!