BICARAINDONESIA-Jakarta : Sekitar 6.900 staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). PHK besar-besaran itu terpaksa dilakukan untuk menghemat 20 persen anggaran sebesar US$3,7 miliar atau setara Rp60 triliun.
PBB melakukan rencana PHK besar-besaran itu di tengah krisis keuangan setelah Amerika Serikat melakukan efisiensi gila-gilaan. PBB ikut oleng terkena dampak karena AS menyokong sekitar seperempat dari total dana yang diperoleh badan dunia tersebut.
Selain pemotongan bantuan luar negeri AS di bawah Presiden Donald Trump yang telah menguras energi badan-badan kemanusiaan PBB, Washington berutang dengan tunggakan dan tahun fiskal saat ini hampir US$1,5 miliar.
Kontrolir PBB Chandramouli Ramanathan dalam memonya tidak menyebutkan bahwa rencana PHK itu terkait kegagalan AS untuk membayar. Ia mencatat bahwa pemotongan itu bagian dari review keuangan ‘UN80’ yang diluncurkan pada Maret.
“Ini merupakan upaya ambisius demi memastikan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa sesuai dengan tujuannya untuk mendukung multilateralisme abad ke-21, mengurangi penderitaan umat manusia, dan membangun kehidupan serta masa depan yang lebih baik untuk semua,” ujar Ramanathan, dikutip dari Reuters Selasa (3/6/2025).
“Saya mengandalkan kerja sama Anda untuk upaya kolektif ini yang jadwalnya telah ditetapkan,” sambungnya.
Pemotongan anggaran itu akan berlaku efektif per 1 Januari 2026 atau siklus anggaran mendatang.
Saat rapat umum bersama para diplomat PBB, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres mengatakan akan melakukan perombakan besar-besaran di PBB.
Sejumlah departemen utama akan dilebur serta pengalihan sumber daya secara global. Ia mengatakan PBB mungkin akan melakukan konsolidasi sejumlah agen, memangkas yang lain, memindahkan staf ke kota-kota dengan biaya hidup yang lebih murah, dan memotong birokrasi yang berlebihan.
“Ini adalah masa-masa yang penuh ancaman, tapi juga sarat peluang dan kewajiban besar,” kata Guterres pada (12/5).
“Jangan buat kesalahan: keputusan yang tidak nyaman dan sulit akan segera diambil. Mungkin lebih mudah atau tergoda untuk mengabaikan atau menundanya. Namun itu adalah jalan buntu,” imbuh dia.