x

RSUD Syamsudin Buka Suara Soal Balita di Sukabumi Meninggal Dengan Tubuh Penuh Cacing

2 minutes reading
Wednesday, 20 Aug 2025 11:35 0 5232 Ika Lubis

BICARAINDONESIA-Jakarta : Seorang balita asal Kabandungan, Kabupaten Sukabumi meninggal dunia setelah tunuhnya dipenuhi cacing.

Mulanya, balita perempuan berinisial R itu masuk ke instalasi gawat darurat RSUD Syamsudin pada 13 Juli 2025 sekitar pukul 20.00 WIB. Saat tiba di rumah sakit, kondisinya sudah tidak sadarkan diri sejak sehari sebelumnya.

Saat itu dokter kebingungan menentukan penyebab pasti penurunan kesadarannya.

“Pasien datang dibawa keluarga dan tim pengantar dalam keadaan tidak sadar. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan syok atau kekurangan cairan berat,” ujar dr Irfan, Humas sekaligus dokter IGD RSUD Syamsudin, dikutip dari detikJabar, Rabu (20/8/2025).

Syok berhasil ditangani, namun penyebab penurunan kesadaran belum diketahui pasti. Hingga kemudian, momen mengejutkan terjadi.

“Saat di IGD, tiba-tiba keluar cacing dari hidung pasien. Dari situ, kita mulai menduga ada kaitannya dengan infeksi cacing,” bebernya.

Setelah kondisi R sedikit stabil, ia dirujuk ke ruang PICU untuk mendapat penanganan intensif anak. Berdasarkan hasil pemeriksaan medis, diketahui infeksi yang menyerang tubuhnya adalah askariasis, penyakit akibat cacing gelang (Ascaris lumbricoides) yang umumnya hidup di tanah.

“Infeksi bisa terjadi ketika telur cacing tertelan, baik melalui makanan, minuman, maupun tangan yang kotor. Telur akan menetas di usus, lalu berkembang jadi larva yang bisa menyebar lewat aliran darah ke organ-organ, bahkan otak. Itu sebabnya pasien bisa tidak sadar,” jelas Irfan.

“Tapi di lain sisi, yang sering kita temukan di paru makanya kenapa cacing bisa keluar lewat saluran nafas kita. Jadi dia merambat naik ke saluran atas ke hidung atau mulut. Kalau kondisi tidak sadar kan cacing dengan leluasa bisa bergerak kemana-mana termasuk ke BAB nya juga, karena banyak sekali cacingnya. Sudah dipastikan sarang utamanya ada di usus,” lanjut dia.

Lebih lanjut, Irfan mengatakan bahwa kondisi lingkungan tempat tinggal R turut memengaruhi. Keluarganya tinggal di rumah panggung sederhana dengan tanah terbuka di bawahnya.

“Sepertinya pasien sering bermain di tanah tanpa alas kaki. Itu memperbesar risiko infeksi,” kata dia.

Meski infeksi cacing kerap ditemukan, kasus parah seperti yang dialami R sangat jarang hingga berujung kematian. Apalagi, pasien juga diduga mengalami komplikasi lain, yakni tuberkulosis meningitis, mengingat orang tua R sedang dalam pengobatan TB paru.

“Jadi kemungkinan penyebabnya kombinasi antara infeksi cacing dan TB,” kata Irfan.

“R dibawa ke rumah sakit dalam kondisi terminal. Kalau penilaian saya pribadi sudah amat sangat terlambat dibawa ke rumah sakit. Obat yang kita berikan tidak bisa seefektif itu. Pada akhirnya, R meninggal dunia pada 22 Juli 2025 pukul 14.24 WIB,” pungkas Irfan.

LAINNYA
x
error: Content is protected !!