x

Siswi di Samarinda Diusir Guru dari Kelas Lantaran Tak Punya Ponsel dan Seragam

4 minutes reading
Wednesday, 8 Jun 2022 04:46 0 141 Ika Lubis

BICARAINDONESIA-Jakarta : Seorang siswa sekolah dasar negeri (SDN) di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) bernama Musdalifah (10), diduga diusir oleh gurunya dari ruang kelas saat ujian berlangsung. Peristiwa itu terjadi pada Selasa (31/5/2022) lalu.

Kejadian itu mengundang simpati banyak pihak, hingga kini Musdalifah banjir bantuan. Dia mendapat bantuan ponsel, beasiswa, uang tunai, hingga rehab rumah.

Walnya pengusiran itu terjadi saat Musdalifah mengikuti ujian kenaikan kelas tatap muka di sekolahnya SD Negeri 002 Samarinda pada Selasa (31/5). Musdalifah datang ke SD itu untuk ujian. Dia masuk di ruang kelas III.

Tak selang lama, wali kelas masuk. Rupanya, baru kali ini Musdalifah ke sekolah setelah dibukanya pembelajaran tatap muka.

Sebelumnya, saat belajar online, dia jarang ikut pelajaran karena tak punya ponsel. Ada ponsel bekas yang digunakan, tetapi sering rusak, sehingga tak efektif belajar.

“Karena anak itu baru turun (ikut ujian), jadi diteriaki teman-temannya. Tapi ada guru yang emosional minta anak itu pulang panggil orangtua/wali,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan Samarida Asli Nuryadin menceritakan kronologi, dikutip dari  Kompas.com, Rabu (8/6/2022).

Musdalifah pun keluar kelas lantaran diminta pulang. Ia pun tak mengikuti ujian. Saat keluar kelas, ia di-bully oleh murid lain dengan teriakan. Murid itu berjalan menuju pinggir jalan depan sekolah, lalu menangis sambil memeluk tasnya.

Musdalifah dan adiknya Merlin (9) diketahui merupakan anak piatu. Keduanya ditinggal ibunya sejak tiga tahun lalu. Sementara ayahnya dipenjara karena terjerat kasus pidana.

Akhirnya, dia dan adiknya tinggal bersama tantenya Siti Manuwatah (37) di sebuah rumah kayu sederhana di Jalan Pangeran Bendahara Gang Pertenunan RT 02 Kelurahan Tenun, Kecamatan Samarinda Seberang.

Siti punya empat anak. Ditambah dua Musdalifah dan adiknya, sehingga dia merawat enam anak di rumah tersebut bersama suaminya. Pekerjaan suaminya hanya serabutan.

Saat belajar online, Musdalifah awalnya menggunakan sebuah ponsel bekas. Karena sering error, dia selalu ketinggalan pelajaran.

“Dia punya HP. Tapi sering error. Mati hidup mati hidup saat belajar online sampai rusak, enggak bisa pakai lagi,” kata tantenya, Siti.

Selama itu pula, keponakannya tak bisa belajar online karena tak ada ponsel. Siti mengaku tak punya uang untuk membeli yang baru.

Lebih kurang setahun berjalan, saat pembelajaran tatap muka dibuka, giliran seragam sekolah Musdalifah yang kekecilan. Badannya makin besar sehingga seragamnya sesak. Harus diganti, namun Siti tak punya uang.

Lantaran tak ada seragam, Musdalifah tak ke sekolah. Siti berusaha mencari seragam bekas tetangga, tapi tak ada.

Akhirnya informasi itu tersebar hingga murid itu mendapat bantuan seragam dari para relawan sosial di Samarinda.

Senin (30/5/2022), hari pertama ujian kenaikan kelas dimulai. Namun, tim relawan baru membawa Musdalifah membeli seragam.

Setelah dibeli, keesokan harinya, dia masuk sekolah diantar oleh seorang relawan. Namun, setelah masuk ruang kelas, dia diminta pulang oleh guru.

Saat diusir pulang, seorang relawan bernama Mamat datang ke SDN itu dan memediasi agar Musdalifah tetap ikut ujian. Dengan kondisi menangis, Musdalifah digiring masuk lagi ke dalam kelas menemui wali kelasnya.

Saat itu, Mamat meminta agar wali kelasnya mengizinkan Musdalifah tetap ikut ujian. Permintaan itu pu. diterima, tapi dengan catatan Musdalifah tak naik.

“Wali kelasnya bilang begitu. Jadi saya tanyalah Musda (Musdalifah) maukah dek sekolah, tapi tidak naik kelas. Anak ini mau kok, asal dia sekolah,” ungkap Mamat.

Akhirnya, hari itu, Musdalifah diizinkan ikut ujian. Namun, setelah kelar ujian, pulang ke rumah dia sedih lagi.

Terkait peristiwa ini, Walikota Samarinda Andi Harun turut mengunjungi kediaman Musdalifah pada Senin (6/6/2022). Dia menyebut kasus tersebut hanya salah paham.

“Tidak seperti yang ramai di medsos,” ucap Andi Harun.

Andi Harun mengatakan, niat guru itu mendisiplinkan murid karena lama tak muncul.

“Karena memang pihak sekolah juga pernah mencari tahu anak itu, tapi informasinya terputus,” kata dia.

Sejak itu, sekolah tidak mengetahui keberadaannya.

Andi membantah murid tersebut diusir. Dia hanya diminta guru pulang membawa orangtua/wali menghadap.

Tak hanya itu, dalam kunjungan tersebut Andi Harun turut memberikan beasiswa untuk Musdalifah dan anak Siti.

“Pak Wali menjamin anak itu sampai SMA,” kata Asli.

Andi Harun juga bakal merehab rumah Siti karena dianggap tak layak.

Tak hanya Walikota, Kapolresta Samarinda Kombes Ary Fadli juga membantu peralatan sekolah dan ponsel baru untuk Musdalifah saat berkunjung, Selasa (7/6/2022).

Sejumlah uang tunai dari donatur juga disumbangkan untuk Musdalifah dan keluarga Siti.

No Comments

Leave a Reply

LAINNYA
x