x

Terlibat Skandal Manipulasi Data Riset, Rektor Stanford Mundur dari Jabatan

3 minutes reading
Friday, 21 Jul 2023 14:34 0 356 Ika Lubis

BICARAINDONESIA-Jakarta : Rektor Stanford dikabarkan mengundurkan diri dari jabatannya. Pasalnya, hal itu terjadi setelah diadakan penyelidikan independen terhadap penelitian yang melibatkannya. Pada penyelidikan itu, ditemukan praktik penelitian yang digolongkan di bawah standar.

Marc Tessier-Lavigne, sang rektor, mengeluarkan pernyataan pada Rabu (19/7/2023) lalu bahwa dia akan meninggalkan jabatan secara efektif pada 31 Agustus 2023.

Berdasarkan laporan dari Al Jazeera, telah mempertanyakan soal data yang dipalsukan dalam penelitian yang melibatkan rektor Stanford itu.

Namun, pada Senin lalu (17/7/2023), sebuah panel ilmiah yang ditugaskan oleh Dewan Pengawas Stanford membebaskan Tessier-Lavigne dari partisipasi atas pelanggaran mana pun. Kendati ditemukan pelanggaran serius pada penelitian ilmiah yang telah dikaji.

“Dewan telah mengidentifikasi bukti manipulasi data penelitian pada setidaknya empat dari lima penelitian utama yang dipermasalahkan,” kata mereka dalam laporannya.

“Meski begitu, Dewan tak menemukan bukti yang menyimpulkan bahwa Dr Tessier-Lavigne terlibat, mengarahkan, atau mengetahui pelanggaran ini saat terjadi,” tambah mereka.

Dewan pengawas pun mengemukakan bahwa seorang ilmuwan yang melakukan kegiatannya dengan wajar, tidak dapat diharapkan untuk bisa mendeteksi kekurangan riset pada saat itu. Walau begitu, mereka tetap menetapkan bahwa Tessier-Lavigne salah karena gagal memperbaiki kesalahan secara tegas dan terus terang dalam catatan ilmiah.

Keraguan Dewan pengawas terdiri atas para ahli saraf, ahli biologi, dan seorang pemenang Nobel telah berlangsung sejak 2015. Mereka memeriksa 12 studi yang melibatkan rektor Stanford. Tujuh di antaranya, Tessier-Lavigne bukan penulis utama, sedangkan lima di antaranya adalah jajaran penulis utama.

Kajian ulang atas karya rektor Stanford itu disebut melibatkan review terhadap 50 ribu dokumen. Selain itu, diadakan juga 50 pertemuan dengan para saksi dan pihak-pihak yang terkait dalam pusaran skandal.

Keraguan mengenai karya Tessier-Lavigne mulai muncul dari platform PubPeer. Kanal tersebut adalah tempat para ilmuwan dapat berdiskusi dan mengevaluasi penelitian secara online.

Pada platform tersebut, para pengguna seperti ilmuwan bernama Elisabeth Bik mengungkapkan keraguan sejak 2015 lalu mengenai gambar dalam penelitian Tessier-Lavigne, yang tampaknya diubah secara digital.

Sebuah penelitian Tessier-Lavigne yang dipublikasikan pada jurnal Nature (2009) pada khususnya, berupaya mengidentifikasi penyebab degenerasi otak pada pasien Alzheimer. Perusahaan Tessier-Lavigne saat itu, Genentech, menyebut penelitian ini sebagai riset inovatif.

Pihak perusahaan menyebut demikian karena menilai bahwa riset rektor Stanford tersebut menawarkan cara yang sama sekali baru untuk melihat penyebab Alzheimer yang merupakan penyebab kematian nomor 6 di AS.

Kendati demikian, para ilmuwan kesulitan memproduksi ulang hasil penelitian, sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai keakuratan data dan bahkan ada keraguan bahwa data telah dipalsukan.

Isu ini juga turut diu gkap lewat surat kabar mahasiswa Stanford, The Stanford Daily melalui serangkaian artikel selama satu tahun belakangan. Mahasiswa mengutip Bik atau ilmuwan lainnya, sedangkan sebagian memilih anonim.

Sementara, tim penyelia independen Monday juga menemukan rektor Stanford tidak sembrono dalam melakukan studinya. Hal ini jadi menegaskan bahwa ada manipulasi data penelitian yang dilakukan oleh orang lain.

Sebagai informasi, Tessier-Lavigne telah menjabat sebagai rektor selama hampir 7 tahun. Dia akan digantikan oleh rektor sementara, Richard Saller mulai September.

LAINNYA
x