x

Wanita Non Muslim Sekolah di Yayasan Islam dan Lulus Jadi Mualaf, Kisahnya Curi Perhatian Warganet

4 minutes reading
Saturday, 19 Mar 2022 04:44 0 148 Ika Lubis

BICARAINDONESIA-Jakarta : Pengakuan wanita cantik ini mendadak mencuri perhatian dari warganet. Ia memeluk agama non muslim dari kecil dan sekolah di Yayasan Islam. Usai lulus sekolah, dia mantap menjadi mualaf.

Kisahnya yang mengaku mendapatkan hidayah tersebut, dibagikan oleh akun TikTok @steeeeepp. Ia menunjukkan foto saat masih duduk di bangku sekolah dan momen saat proses menjadi mualaf di masjid.

“Dear temen temen sekolah, Lihat aku sekarang? #fyp. Dari kecil sekolah di Yayasan Islam, satu sekolah dan satu angkatan aku Kristen sendiri. Pas lulus sekolah jadi… Allah SWT kekasihku dan kenalin nama aku Annisa,” katanya dalam video itu.

Video yang berdurasi 28 detik itu, sudah ditonton lebih dari 3,7 juta Views dan lebih dari 4 ribu komentar. Warganet pun ikut terharu dan mendoakannya agar istiqomah.

“Semoga istiqomah gue doain sampe akhir hayat aamiin ya Allah,” doa akun @Kipoy.

“Masya Allah ku turut bahagia mbak. SemovaIstiqomah dijalan Allah,” timpal @user8216072877400.

“Pas ada foto masjidnya langsung merinding,” ucap pengguna TikTok @neorg.

Dalam video tampak wanita sedang berada di Masjid Agung Kami Malang untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi mualaf. Akun TikTok @steeeeepp mengaku kini berganti nama menjadi Annisa.

Dikutip dari Wolipop, Jumat (19/3/2022), Annisa Stefanny Maureen Erlangga, sebagai pemilik akun TikTok @steeeeepp mengaku menempuh pendidikan di sekolah Islam pada saat SMP.

“Aku dari TK sampai SMK, mama aku sebagai orang tua tunggal dan kepala keluarga. Jadi, hampir tidak pernah ada waktu untuk melihat perkembangan aku. Awalnya memang cari sekolah yang terdekat dari rumah, kebetulan yang ada yayasan Islam di SMP Jakarta Barat dan pindah ke Bekasi pas SMK yayasan Islam juga yang dekat dengan rumah,” ungkap Stefanny.

Stefanny saat itu masih memeluk agama Kristen mengakui ilmu agamanya masih kurang selain di gereja.

“Setiap ada masalah aku selesaikan sama tokoh kepercayaan aku. Dimana beliau juga ustaz yang baik yang bisa support aku. Ini salah satu contoh toleransi dari orang sekitar sekolah,” ungkap Stefanny.

Lingkungan sekelilingnya, kata Stefanny, mayoritas muslim. Dan setelah mempelajari ilmu agama Islam di sekolah, wanita yang kini tinggal di Malang, Jawa Timur itu mantap untuk memeluk Islam. Dia juga memutuskan menjadi mualaf setelah melewati berbagai ujian dalam hidupnya.

“Pada 10 November 2021 yang menurut aku tanggal dan bulan yang bagus. 10 November sebagai hari pahlawan dan bulan November tahun kemarin itu banyak ujian hebat yang aku laluin,” katanya,

“1 November aku ulang tahun. Aku buat acara di panti asuhan dan panti jompo di Malang. 2 November calon suami aku meninggal. 8 November aku belajar tentang mualaf secara tauhid di Mojokerto sama pak kyai di pondok pesantren. 10 November mualaf secara resmi sekaligus aqiqah, dan 28 November. Aku nggak jadi lamaran untuk menikah sedangkan sudah banyak persiapan, dan di akhir November bisnis bangkrut dan aku ditipu puluhan juta,” kenang Stefanny.

Saat masa sulitnya itu, Stefanny hanya bisa pasrah dan ikhlas. Stefanny telah menganggap ustaz kepercayaannya adalah pengganti sosok ayah. Ia pun membagikan seluruh keluh kesah dalam hidupnya pada sang ustaz.

“Aku punya tokoh kepercayaan, karena aku nggak punya sosok ayah jadi aku cari seseorang yg bisa jadi guru agama dan tempat aku cerita. Karena sekian banyak cobaan pastinya stres banget tapi Alhamdulillah hati aku selalu yakin kalau cobaan ini bisa aku lewati dengan percaya sama Allah,” jelasnya.

Saat ingin memeluk agama Islam, ia memberitahukannya kepada sang ibu. Mendengar hal itu, sang ibu memberikan dukungan penuh kepada Stefanny.

“Mama selalu buat aku support apapun yang memang terbaik buat anak-anaknya, pastinya aku bisa percaya dengan agama Islam karena mama mengutamakan soal ilmu sosial dan dari kecil aku memang butuh orang sekitar untuk melengkapi hidup aku yang ke mana-mana sendiri,” kata wanita berusia 21 tahun itu.

Anak bungsu dari tiga bersaudara ini menjelaskan ibunya banting tulang, agar kebutuhan keluarga bisa terpenuhi. Karena sang ibu sibuk bekerja, jadi jarang memperhatikannya.

“Jadi, aku berpikir untuk memanfaatkan orang sekitar supaya bisa kasih perhatian, nasihat bahkan di zaman sekolah setiap pulang sekolah aku sering cari orang jalanan anak pengamen atau pengamen, pemulung, tukang kebersihan buat jadi tempat ngobrol aku,” katanya.

Stefanny mengaku ia mempunyai banyak orang tua angkat dan tidak pernah memilih lingkungan pertemanan.

“Karena saudara aku jauh dan aku lebih nyaman kenal mereka. Soal pertemanan tidak pernah ada yang mandang soal agama, suku dan lain-lain semua baik. Mungkin karena aku punya ilmu pengalaman sosial sedari kecil jadi aku bisa memposisikan diri dan aku punya orangtua angkat banyak hehe,” imbuhnya.

Saat ini Stefanny sudah berhijab. Ia mengungkapnya apa yang dirasakannya setelah menjadi mualaf.

“Ibadah salat jadi tempat paling aku suka, hati lebih tenang, ungkapin segala isi hati lebih gampang karena ada lima waktu. Dan lebih sadar lagi di saat kondisi susah Allah nggak akan kasih kita orang lain untuk kita bergantung. Dan aku nggak akan mau buat rencana sempurna kecuali sudah Izin dari Allah,” pungkas Stefanny.

No Comments

Leave a Reply

LAINNYA
x