x

Ahli Gizi Tan Shot Yen Kritik Menu MBG

2 minutes reading
Thursday, 25 Sep 2025 15:25 0 1349 Ika Lubis

BICARAINDONESIA-Jakarta : Seorang ahli gizi bernama dr. Tan Shot Yen mengkritik program makan bergizi gratis (MBG). Pasalnya, program MBG memiliki banyak permasalahan sejak awal penerapannya, bahkan diimplementasikan secara serampangan hingga kini jatuh ribuan korban keracunan massal.

Saat di lapangan, ia menemukan menu burger  di dalam MBG, yang dibagikan dari Lhoknga (Aceh) hingga Papua. Padahal, kata Tan, tepung terigu tidak bisa diproduksi sendiri oleh pemerintah. Selain itu, burger adalah jenis makanan ultra process food yang tak memiliki kandungan gizi.

“Gak ada anak muda yang tahu bahwa gandum tidak tumbuh di Indonesia. Selain itu, dibagikan spageti, ada juga Bakmi Gacoan. Oh my God! Maaf ya itu burger yang dibagikan ada kastanisasi juga. Kalau MBG di kota yang dibagikan berisi chicken katsu, tapi coba yang di daerah cuma dibagikan benda tipis berwarna pink,” ujar Tan ketika menghadiri rapat audiensi dengan Komisi IX DPR pada Selasa, (23/9/2025).

Tan menilai bahwa kualitas burger di daerah tidak memenuhi standar daging pengolahan.

“Dan ini mau sampai kapan makannya (MBG) burger?” tanyanya keras di hadapan anggota Komisi IX DPR.

Pernyataan Tan itu pun kemudian viral di media sosial. Banyak yang menyebut, pandangan yang disampaikan oleh Tan mewakili kegeraman para orang tua.

Tan pun mendapatkan banyak keluhan dari para orang tua siswa soal program MBG. Salah satunya anak yang mengalami muntaber karena dia mengonsumsi susu kotak di menu MBG.

“Tidak banyak orang yang tahu bahwa etnik Melayu, 80 persen mengalami intolerant lactosa, termasuk saya. Jadi, berdasarkan Permenkes Nomor 41 Tahun 2014, kita sudah keluar dari 4 sehat 5 sempurna. Susu adalah protein hewani yang tidak lagi dibutuhkan,” katanya.

Lebih lanjut, Tan juga menyoroti soal program MBG turut mengangkat Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM). Padahal, belum ada data bahwa MBG turut menguntungkan nelayan, petani, dan peternak. Temuan menariknya, kini pedagang UMKM memprotes wacana untuk menghentikan MBG.

“Karena mereka mengatakan ‘kalian jahat MBG mau dihentikan. Ini namanya menghentikan mata pencaharian.’ Sekarang, MBG ini jadi seperti buah simalakama. Jadi, di antara masyarakat sendiri sudah dibenturkan,” katanya.

Kini di masyarakat terbelah menjadi dua kubu. Pertama, kubu yang diuntungkan karena dagangannya laku padahal produk makanan yang dijual tidak sehat. Kedua, kubu warga yang menuntut menu MBG harus sehat.

LAINNYA
x
error: Content is protected !!