BICARAINDONESIA-Jakarta : Paus Fransiskus meninggal dunia akibat stroke yang di usianya yang ke-88 tahun. Dokter Sergio Alfieri, yang selama ini merawat Sri Paus, mengungkapkan detik-detik kematiannya.
Alfieri menuturkan, dirinya menerima telepon pada pukul 05.30 waktu setempat untuk segera datang ke Vatikan. Dia bergegas pergi dan tiba sekitar 20 menit kemudian.
Alfieri mengawasi perawatan Paus Fransiskus di Rumah Sakit Gemelli di Roma, Italia, sejak awal tahun 2024. Paus menghabiskan lima minggu perawatan untuk melawan pneumonia ganda.
“Saya memasuki kamarnya dan dia (Fransiskus) membuka matanya. Saya memastikan bahwa tidak ada masalah pernapasan dan kemudian saya mencoba memanggil namanya, tetapi dia tidak menanggapinya,” tutur Alfieri, dikutip dari The Straits Times, Selasa (29/4/2025).
Kondisi paru-paru Paus yang bernama lengkap Jorge Mario Bergoglio tersebut, kata Alferie, bersih. Bahkan, ia menerima oksigen tambahan.
“Ia (Paus) juga tidak merespons rangsangan, bahkan rangsangan yang menyakitkan. Pada saat itu, saya mengerti tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Ia koma,” tuturnya.
Dalam wawancara terpisah, Alfieri menceritakan sejumlah pejabat yang hadir bersama Paus Fransiskus menyarankan supaya Paus segera dilarikan ke rumah sakit.
“Ia akan meninggal dalam perjalanan. Dengan melakukan CT scan, kami mendapatkan diagnosis yang lebih tepat, tetapi tidak lebih. Itu adalah salah satu stroke yang dalam satu jam dapat membuat Anda pingsan,” jelas Alfieri.
Lebih lanjut, kata Alfieri, terlalu berisiko jika memindahkan Paus Fransiskus ke Rumah Sakit Gemelli lagi. Dua jam setelah sakit, Paus Fransiskus dinyatakan meninggal dunia.
“Ia meninggal tanpa penderitaan, di rumah,” ujar Dr Alfieri.
Paus pertama dari Societas Jesu (Serikat Yesus) tersebut terus berjuang melawan pneumonia. Meski begitu, kabar kematiannya tetap mengagetkan banyak pihak.
Sehari sebelum meninggal atau pada Minggu Paskah (20/4), Paus Fransiskus sempat muncul dan menyapa umat yang memadati Lapangan Santo Petrus Vatikan. Ia memberi berkat Urbi et Orbi (Dari Roma untuk Dunia).
Selama berjuang dengan penyakitnya, Dr Alfieri mengatakan bahwa Paus mendengarkan nasihat dokternya dan tidak terlalu memaksakan diri.
“Ia (adalah) Paus. Kembali bekerja adalah bagian dari perawatannya dan ia tidak pernah dalam kondisi yang bahaya,” tuturnya.
Terakhir kali, Dr Alfieri bertemu dengan Paus Fransiskus pada 19 April 2025. Saat itu, kondisi Paus dinilai sangat baik.
“Kami tahu bahwa ia ingin pulang untuk menjadi Paus hingga saat-saat terakhirnya. Ia tidak mengecewakan kami,” pungkasnya.
Editor: Rizki Audina/*