Muhammad Hasan tampak mendampingi jenazah sang istri Aisyah yang disemayamkan di lokasi pengungsian mereka di Aceh Tamiang/foto: dis BICARAINDONESIA-Aceh Tamiang: Duka kembali menyelimuti bencana di Kabupaten Aceh Tamiang, setelah satu lagi korban banjir, meninggal dunia di sebuah ruko belum selesai dibangun yang mereka jadikan sebagai lokasi pengungsian.
Korban diketahui bernama Aisyah, penduduk Dusun Lintang Bawah, Kampung Lintang, Kecamatan Kota Kuala Simpang. Wanita berusia 63 tahun itu diketahui meninggal seorang suami, empat orang anak dan 8 cucu.
Tidak hanya menyisakan kesedihan, kepergian korban pun semakin memperpanjang jumlah korban jiwa akibat banjir di Tamiang, meski sejauh ini belum ada data valid dari jumlah korban secara keselurahan.
Pantauan korban, jenazah korban tampak disemayamkan di lokasi pengungsian tersebut dengan kondisi seadanya. Cucu korban yang baru tiba karena baru mendapat izin dari pesantren tempatnya mengecap ilmu, tampak menangis terisak di sisi sang nenek.
Suami korban, Muhammad Hasan (60) menuturkan, sang istri selama ini memang menderita sakit diabetes yang cukup parah.
“Almarhumah meninggal dunia kemarin Kamis, 4 Desember 2025 sekitar pukul 17.00 WIb,” terangnya, Jumat (5/12/2025).
Dia menuturkan, mereka terpaksa mengungsi ke bangunan ruko yang belum terpakai itu, karena rumah mereka hancur tak tersisa.
“Rumah kami hancur, tidak ada yang bisa diselamatkan termasuk obat istri saya. Makanya selama lebih dari sepekan disini, dia (korban) selalu minta pulang ke rumah, tapi mau gimana coba, rumah kami habis,” terangnya.
Terkait pemakaman korban, Hasan mengaku pihaknya desa setempat sudah datang dan berjanji akan mengebumikan jenazah sang istri usai salat Jumat.
Lebih jauh Hasan mengatakan, selama di pengungsian, mereka hidup seadanya bermodalkan makanan seadanya dan dari bantuan warga yang peduli.
“Bahkan selama disini tidak ada bantuan medis atau obat-obatan. Bahkan untuk kebutuhan air saja, kami terpaksa merebus air sungai yang warnanya coklat gitu. Setelah diendapkan baru bisa kami rebus untuk diminum,” kisahnya.
Kini, mereka hanya bisa berharap, ada kepedulian dari pemerintah atau dermawan atau derita yang kini mereka rasakan. (Ty)