Tersangka Kasus Kerangkeng Belum Ditahan, Kompolnas Buka Suara

BICARAINDONESIA-Medan : Kompolnas buka suara terkait sikap Polda Sumut yang hingga kini belum melakukan penahanan kepada tersangka yang terlibat dalam kasus kerangkeng Bupati Langkat non aktif Terbit Rencana Perangin-angin.

Komisioner Kompolnas, Poengky Indarti mengaku, penahanan merupakan kewenangan dari penyidik berdasarkan pasal 21 ayat (1) KUHAP, penahanan akan dilakukan penyidik jika ada kekhawatiran tersangka atau terdakwa melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana.

Read Also

2 year ago

Setubuhi Anak di Bawah Umur di Hotel KM7, Surya Akhirnya Diringkus Polisi

125 rizaldyk

“Hal ini disebut-sebut menjadi syarat subyektif untuk penahanan,” kata Poengky Indarti, selasa (29/3/2022).

Dikatakannya, berdasarkan pasal 21 ayat (4) KUHAP ada syarat obyektif penahanan, sehingga penahanan akan dilakukan pada tersangka atau terdakwa yang diancam dengan tindak pidana penjara lima tahun atau lebih, atau tersangka/terdakwa tindak pidana pasal-pasal tertentu di KUHP, Ordonansi bea cukai, UU Darurat 8/1955 dan UU Narkotika.

“Kasus kerangkeng Bupati Langkat non aktif terus bergulir, memasuki babak baru dengan ditetapkannya 8 orang tersangka termasuk Dewa Paranginangin anak dari Terbit Rencana Paranginangin Bupati Langkat non aktif,” ungkapnya.

Read Also

3 year ago

Penimbunan BBM di Tano Ponggol Terendus Semakin Merajalela

134 admin

Ia mengaku, peristiwa ditemukannya kerangkeng menyita perhatian publik bahkan hingga kepada penetapan 8 orang tersangka yang membawa harapan bagi masyarakat bahwa kasus ini akan segera tuntas hingga ke aktor inteletualnya.

“Hanya saja saat ini penyidik Polda Sumut belum menahan para tersangka, dapat dipahami alasan penyidik menjerat tersangka dengan pasal UU 21 tahun 2007 tentang pemberantasan TPPO yang memang cukup rumit pembuktiannya sehingga dikhawatirkan waktu penahanan dapat segera habis jika tersangka ditahan,” akunya.

“Penyidik menerapkan UU Tindak Pidana Perdagangan Orang, yang penanganannya harus teliti, cukup rumit pembuktiannya, jadi hemat saya sudah benar untuk tidak tergesa-gesa menahan, karena jika dilakukan secara pragmatis dapat berakibat tidak efektif dalam penegakan hukum,” pungkas Poengky.

Penulis / Editor : @red-*Amri